Profesi Kelima Terbanyak Bunuh Diri Ditempati Arsitek
Dunia industri properti tentunya sangat bergantung pada para arsitek. Merekalah yang mendesain, dan membuat banyak bangunan yang merupakan bagian penting dari dunia properti. Mulai dari bangunan publik, hotel, rumah, hingga apartemen; baik itu apartemen strata titel atau untuk dijual hingga untuk sewa apartemen.
Namun, sebuah penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa profesi arsitek merupakan salah satu di antara banyak profesi lain yang paling mungkin untuk melakukan bunuh diri. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di negara adidaya tersebut. Hasilnya, mereka yang bekerja di bidang arsitektur dan teknik merupakan profesi yang paling mungkin untuk melakukan praktisi bunuh diri dengan peringkat kelima terbanyak jika di bandingkan profesi lain.
Data yang dikumpulkan dari koresponden di 17 negara bagian AS tersebut diterbitkan pekan lalu setelah dilakukan sejak tahun 2012. Sistem Pelaporan Kematian Berat Nasional menerapkan kode kerja pada 12.312 kasus bunuh diri. Nilai bagi setiap profesi tersebut dihitung lewat jumlah kasus bunuh diri per 100.000 penduduk. Dan nilai untuk profesi arsitektur dan teknik adalah 32,2.
Nilai tertinggi dengan nilai 84,5 ditempati oleh profesi di bidang peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sementara sektor profesi lain yang memiliki nilai lebih tinggi dari profesi arsitektur dan teknik adalah konstruksi dan ekstraksi; instalasi, pemeliharaan, dan perbaikan; dan produksi.
Sementara itu profesi lain di bidang seni, desain, hiburan, olahraga dan juga media di peringkat tujuh dengan nilai 24,3. Sementara nilai terendah dengan angka 7,5 dimiliki oleh kelompok pendidikan, pelatihan, dan perpustakaan kerja.
Sebanyak kurang lebih 400.000 kasus bunuh diri tercatat dilaporkan di AS selama 2012. Para pelaku bunuh diri di profesi tersebut berusia antara 16 tahun ke atas.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyebut bahwa memahami bunuh diri pada kelompok kerja dapat memberikan kesempatan untuk pencegahan. Namun, data tersebut belum dilaporkan dengan mengambil sampel yang lebih luas dan dilihat berdasarkan jenis kelamin atau klasifikasi pekerjaan. Laporan ini juga mengakui bahwa subjek temuan masih terbatas. Masih bisa mungkin terjadi kesalahan dalam kategorisasi kesalahan manusia dan komputer.
Para peneliti sendiri berharap data yang akan datang akan memberikan hasil yang lebih baik dan dapat memungkinkan mereka untuk memeriksa tren kerja dari waktu ke waktu. Data penelitian lanjutan tersebut dikumpulkan tahun 2014 dari seluruh 32 negara bagian di AS. Sehingga hasilnya diharapkan bisa lebih representatif.
Tidak ada komentar